Pagi tadi saya hendak berangkat ke kantor (Trax FM, Sarinah)
dengan menggunakan transportasi umum Commuter Line seperti biasanya
Karena hari ini bukan jadwal saya siaran, jadi saya mengajak saudara saya,
Peter (11 tahun) yang kebetulan menginap dirumah dari tadi malam dan hari ini sedang libur karena guru-guru di sekolahnya ada rapat.
Rencananya hari ini saya akan meeting bersama dengan Mas Didot (Program Director Trax FM)
lalu pergi ke Grand Indonesia untuk menonton film 3D bersama Peter.
Saya biasa berangkat naik Commuter Line pukul 09.06 pagi,
berhubung hari ini tidak diburu waktu jadi saya memutuskan untuk naik Commuter Line pukul 10.32
Sampai di Stasiun Sudimara sudah pukul 10.25 (kurang lebih)
Kemudian ada pengumuman bahwa Commuter Line tersebut terlambat karena ACnya bermasalah
jadi masih diperbaiki di Stasiun Serpong
Pengumuman selanjutnya diberitahukan bahwa Commuter Line Serpong - Tanah Abang berikutnya tersedia pukul 11.11 siang
Saat itu sudah pukul 10.45, keretanya belum datang
Terdengar sayup-sayup lagu ST 12 - Saat Terakhir,
karena merasa ini lagu lawas dan lucu, saya posting lagu tersebut di Path.
Tak lama kemudian Commuter Line yang ACnya sempat bermasalah itu datang
Sempat ada di pikiran saya "ah, jangan-jangan nanti masih rusak ACnya terus jadi panas, naik yang selanjutnya aja kali ya?"
Tapi saya mengurungkan niat tersebut dan tetap menaiki Commuter Line itu.
Karena saya bersama Peter, jadi saya tidak duduk di gerbong pertama, padahal saya pasti selalu duduk atau berdiri disitu karena dikhususkan untuk penumpang wanita dan saat sampai di Stasiun Tanah Abang posisi gerbong pertama itu dekat dengan jalan menuju gerbang pintu keluar.
Kondisi saat itu juga sangat terik sehingga saya malas untuk menunggu di ujung
peron 2 stasiun Sudimara dimana saya biasa naik gerbong pertama dari situ.
Jadi kami masuk di gerbong tengah, mungkin itu gerbong ke 5 atau 6.
Commuter Line'nya cukup ramai, tapi Puji Tuhan ada seorang pria yang memberikan tempat duduknya untuk saya, dan kemudian saya bergeser sedikit dan bapak disamping saya pun ikut bergeser supaya Peter bisa ikut duduk.
Kira-kira pukul 11.00an Commuter Line itu melaju dari Stasiun Sudimara menuju Tanah Abang dengan rute seperti biasa (Sudimara - Jurang Mangu - Pondok Ranji - Kebayoran Lama - Palmerah - Tanah Abang)
Merasa bosan di dalam Commuter Line lalu saya menonton video dari youtube, jadi saya tidak terlalu memperhatikan keadaan di sekitar.
Stasiun Jurang Mangu sudah lewat, Stasiun Pondok Ranji juga sudah lewat
TIBA-TIBA
"braaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkk!"
benturan pertama terasa begitu kencang dan kemudian ada benturan beruntun, perasaan saya ko' Commuter Line ini terasa seperti keluar jalur, dan terdengar seperti ada suara ledakan,
saya kaget dan masih bingung karena para penumpang mulai berlarian
saya masih tidak tahu apa yang terjadi,
yang saya dengar orang-orang berteriak-teriak "santai donk santai jangan dorong-dorong santai"
dan saya mendengar lagi seperti suara ledakan dan kemudian penumpang mulai memukul-mukul jendela
Saya pikir ada tauran dan Commuter Line kami dilempari batu atau semacamnya
TERNYATA
setelah saya mencoba melihat ke jendela banyak orang-orang berlarian menjauhi Commuter Line dan saya melihat asap hitam tebal tinggi sekali serta kobaran api di bagian depan Commuter Line
Para penumpang termasuk saya dan Peter masih terjebak didalamnya dan kami panik, kami berlarian mencoba keluar namun kami bingung harus kemana
Saya hendak mengikuti keramaian penumpang lain yang berlari mencoba mencari jalan keluar. Lalu ada seorang bapak disamping saya mencoba menenangkan saya dan menyarankan saya untuk duduk kembali, tapi saya tidak bisa tinggal diam karena saya ketakutan dan sangat ingin keluar
Saya mencoba mencari besi yang biasa tersedia untuk memecahkan jendela dalam keadaan darurat tapi tidak ketemu, penumpang lainnya lagi-lagi mencoba memukul-mukul jendela dengan harapan dapat pecah sehingga kami bisa keluar, namun tidak ada alat berat yang dapat digunakan juga
PUJI TUHAN
ada pintu yang terbuka, dan kami pun langsung berlarian menerobos satu sama lain untuk keluar dan menyelamatkan diri
Peter terlepas dari genggaman saya namun dia berhasil keluar, giliran saya untuk lompat, saya sempat bergelantung di pegangan dekat pintu karena semua mulai mendorong ingin keluar sehingga saya pun tak sempat berpijak hingga terjatuh. Saya mencari Peter yang ternyata berada tidak jauh didepan saya, dia pun memapah saya dan menarik tangan saya untuk segera berlari menjauhi Commuter Line tersebut.
Saya sudah panik, ketakutan, gemetar dan lebih takut lagi karena saya membawa seorang anak laki-laki yang justru malah menuntun saya di kegentingan itu. Kami berusaha berlari di bebatuan lintasan kereta dan kemudian terdengar suara yang entah suara apa itu tapi seorang bapak didepan saya berteriak "jangan sentuh keretanya" lalu saya melihat kabel listrik diatas Commuter Line itu mulai bergerak dan seperti akan jatuh, saya takut akan ada korslet atau terbakar lagi atau ada ledakan lagi, yang jelas saya sangat ketakutan dan hanya bisa berlari mengikuti Peter sambil terus mengucap nama Tuhan Yesus.
Akhirnya kami bisa sedikit menjauhi Commuter Line itu, tapi masih berada di sekitar TKP, saya sempat emosi melihat ibu-ibu yang bukannya berlari menyelamatkan diri tapi justru mengabadikan kondisi TKP, saya pikir "ko' ya masih sempat-sempatnya, mbo yaa minggir dulu selamatkan diri eh ini malah foto-foto" tapi yasudahlah mungkin dia ingin memberitahukan kejadian tersebut kepada orang terdekatnya. Kemudian saya mencari warung untuk membeli minum karena saya melihat Peter sudah pucat, saya pun sudah sangat lemas.
Saya langsung menelephone Mareta, kakak saya yang kedua dan memberitahukan kejadian yang baru saja saya alami, lokasi kantor kakak saya itu di Arteri jadi saya pikir tidak begitu jauh dari TKP. Saya juga menelephone teman saya, Fikar yang juga bekerja tidak jauh dari lokasi TKP, ternyata dia pun sedang dalam perjalanan dari Bandung dan kebetulan sedang melintas tidak jauh dari TKP.
Kemudian saya bertanya kepada seorang bapak untuk memastikan dimana tepatnya lokasi saya berada, TKP terletak tidak jauh dari Tanah Kusir dan Bintaro Permai.
Mareta dan Fikar beberapa kali menelephone saya kembali untuk memastikan keadaan saya dan untuk menanyakan lokasi keberadaan saya dan Peter. Saya sangat ingin sekali ke jalan raya dan benar-benar menjauh dari TKP, kemudian ada ojek yang menawarkan saya untuk beralih darisana "ojek mba? mba mau saya antar kemana?" tanpa pikir panjang saya langsung jawab "pokonya ke arah jalan raya"
Saya menelephone Mareta & Fikar kalau saya dan Peter akan naik ojek menuju jalan raya, kemungkinan kearah Tanah Kusir lalu saya diarahkan ke dekat tol Bintaro/Ulujami oleh sepupunya Fikar yang juga ada di mobil untuk menjemput saya ke TKP. Sepanjang jalan saya melihat kerumunan orang yang mendekati TKP, ada yang foto-foto, ada yang sekedar melihat, ada yang membantu menolong, ada yang mengarahkan jalan alternatif, pokoknya ramai. Mobil Polisi, Ambulance dan Mobil Pemadam Kebakaran pun berdatangan. Akhirnya saya dan Peter menunggu dijemput di perempatan tol ke arah Tanah Kusir itu, kami duduk di warung sambil terengah-engah, sampai detik itu saya belum tahu persis apa penyebab dari kecelakaan tadi. Dan ternyata menurut penjaga warung dan juga beberapa pengendara taxi di tempat saya menunggu, kecelakaan tersebut terjadi karena mobil pengangkut BBM dari Pertamina menerobos palang pembatas rel yang perlahan mulai turun karena Commuter Line kami akan lewat.
Tak lama kemudian kakak saya datang begitu pula dengan Fikar. Ternyata Fikar sempat berlari kearah TKP tapi saya sudah berpindah menunggu didekat perempatan tol yang juga tidak jauh dari TKP.
Sebelum pulang kerumah, mereka mengantarkan saya dan Peter untuk makan terlebih dahulu untuk lebih menenangkan diri lagi, tidak banyak yang bisa saya makan, saya pun sempat menangis mengingat bisa saja saya tadi berlarian teriak minta tolong dan terjebak di dalam gerbong pertama, tapi Puji Tuhan saya masih bisa makan dan berkumpul dengan orang-orang terdekat saya.
BERSYUKUR
Puji Tuhan saya sangat bersyukur karena sudah ada mereka yang menemani dan menenangkan saya.
Peter justru lebih tenang daripada saya yang sesekali menitihkan air mata karena terus terbayang-bayang bagaimana kalau seandainya saya duduk di gerbong pertama seperti biasa, saya sangat bersyukur Tuhan mengatur sedemikian rupa sehingga saya bisa pergi bersama Peter.
Terus-menerus saya berdoa mengucap syukur terimakasih kepada Tuhan karena Dia melindungi saya dengan kehadiran Peter. Saya juga sangat bersyukur karena saya masih bisa menceritakan kejadian ini.
Puji Tuhan postingan saya di Path yang sedang mendengarkan lagu ST 12 - Saat Terakhir di Stasiun Sudimara bukanlah postingan terakhir saya. Mungkin itu menjadi pertanda untuk mereka yang menjadi korban meninggal di kecelakaan Commuter Line Serpong - Tanah Abang di Bintaro tadi siang.
Dari lubuk hati yang terdalam saya sangat berbela sungkawa untuk mereka yang menjadi korban meninggal, saya percaya Tuhan sudah sediakan tempat bagi mereka. Dan untuk korban selamat lainnya, baik yang luka parah atau ringan atau tidak terluka sekalipun saya doakan semoga cepat pulih.
Dan untuk yang mengalami trauma (termasuk saya) yang masih shock, yang masih kaget dan ketakutan, semoga kita dikuatkan, mari lebih dekat pada-Nya.
Bagi para pengendara, motor, mobil, pribadi atau umum, semuanya, berhati-hatilah selalu, PATUHI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS dan saya himbau untuk selalu mohon perlindungan-Nya disetiap perjalanan kita. Semoga proses evakuasi berjalan lancar dan cepat selesai sehingga keadaan bisa normal kembali terutama untuk PT KAI semoga mendapatkan kepercayaan masyarakat kembali, karena saya yakin akan ada banyak yang merasa takut untuk menggunakan transportasi umum ini. Begitu pula untuk pihak Kepolisian dan Tim Medis semoga bisa membantu memperbaiki kondisi ini.
SAYA TAK BISA BERHENTI MENGUCAP SYUKUR
KARENA SAYA MASIH DIBERI KESEMPATAN UNTUK HIDUP
TUHAN SUNGGUH LUAR BIASA
DIA BETUL-BETUL MENYAYANGI SAYA
RENCANA-NYA TAK TERBAYANGKAN
SAYA SELAMAT OLEH KARENA PENYERTAAN-NYA
TERIMAKASIH BANYAK
untuk teman-teman yang juga mengucap syukur dan mendoakan keselamatan saya
Terimakasih banyak untuk Peter yang sudah menuntun saya, menemani saya sehingga saya tidak sendirian dan terselamatkan dari maut
Terimakasih banyak untuk kakak saya Mareta dan Fikar, Ilham dan juga Redha yang sudah menemani saya dikala saya membutuhkan pertolongan
Terlebih lagi saya mengucapkan terimakasih banyak Tuhan Yesus, Bunda Maria, Allah Bapa di Surga, terimakasih atas perlindungan-Mu, terimakasih atas berkat-Mu, terimakasih atas cinta-Mu
Sungguh Engkau Maha Besar, Maha Murah, Maha Pengasih & Penyayang
Kau tunjukkan pada-Ku bahwa indah rencana-Mu
Teman-teman sekalian, Dia menyelamatkanku :')